April …
Calendar menunjukan tgl 30 April,pertanda bulan ini segera berakhir,
terlintas sejenak bahwa akan menyenangkan meleawti akhir bulan ini dengan
secangkir hot chocolate sambil berbincang dan menganggumu bermain games.
Dewi fortuna berpihak, saat melihat handphone ada notive email masuk ke
email pribadiku dan itu dari kamu, bukan hal yang biasa kamu mngirim pesan
lewat email.
“ … hay,
Ngopi yuk, tempat biasa aja.
Abis pulang kerja ya”
Aku membalas pesanmu sambil tersenyum puas, karna kau telah mengajak
terlebih dahulu untuk pergi.
“ok, tang - go ya berarti “
Waktu sudah menunjukan pukul 17.00, aku bergegas mengemasi barang-barangku.
Mempercepat sambil mengirimkan pesan kepadamu penanda bahwa aku akan datang.
‘..jadi ya?”
“..ok “
sambil menunggingkan senyum aku menjawab pertanyaanmu via phone.
Ternyata kau sudah ada di tempat dan persis di tempat favorite ku, yups di
samping etalase kaca, yang memudahkanku untuk melihat keluar, lengkap degan hot
chocolat dan cappuccino kesukaanmu.
“.. udah lama ya ?”
sambil menunggingkan senyum, akhirnya dapat berjumpa denganmu.
“.. enggak, baru aja. ini kopi sama coklatnya
masih panas”
sambil memasukan gadgetmu kedalam tas, bukan hal biasa yang kamu lakukan.
Sekektika aku mengambil posisi yang seenak mungkin, aku tak ingin melewatkan
sedetikpun perkataanmu dan exprsimu nanti, mata dan otakku siap untuk merekam
semuanya.
“ agak mendung ya?”
sambil melihat ke luar kaca dan aku hanya mengangguk sambil memegangi
cangkir hot coklat dengan mata tetap memandangmu.
“ce..aku hari ini terakhir ya di group ini. Mei udah
gak disini, mungkin akhir tahun aku akan keluar kota “
Melihat pandanganmu yang serius, senyumku sedikit demi sedikit turun
menjadi muka datar tanpa expresi. Spontan kau menggambil gelas yang sedari tadi
aku pegang dan menaruhnya di tatakan. Di ikuti dengan turunnya tanganku
terkulai diatas meja.
“kamu yakin?”
dengan wajah tanpa expresi, itu kata pertama yang muncul mendegar
pernyataanmu.
Kau hanya menjawab dengan menganggukan kepala dan memejamkan mata, kemudian
membuang pandangan ke luar kaca.
“kalau itu yang terbaik buat kamu, aku Cuma bisa
dukung dan mendoakan yang terbaik, sukses ya “
kata yang sebenarnya tak ingin aku ucapkan, kata yang muncul berdasarkan
logikaku saja.
“aku pamit ya ..”
kamu melihatku dalam.
Aku hanya mampu menjawab
“ya”
tanpa mengelurkan suara.
“capuccinno itu simple, abis ya udah abis aja
gak ada ampas gak ada bekas”
Kau kemudian beranjak dari dudukmu. Mengucap keningku dan memegang pundakku
sambil berlalu.
Aku hanya bisa mematung di posisiku memandang posisimu yang kini hanya
bayangan, yang tertinggal adalah bayangan dan suaramu yang masih hangat terdengar,
sehangat hot chocolat yang kau pesankan untukku.
Hujan tiba-tiba turun, gemericik air menyadarkanku pada lamunan dalam. 30
april tepat di tempat kau mengucapkan kata yang tak pernah ingin aku dengar.
“Pamit”.
Perlu kamu tau aku tak pernah merasa, ini pernah terjadi, jadi kau tak
perlu berkata pamit. Tuhan telah merencanaka pertemuan kita, dan jika umurku
dan umurmu panjang, kita dapat bertemu lagi entah dimana. Apabila kita tak dapat
bertemu lagi mungkin umur kita yang terlalu pendek untuk mengulang pertemuan
ini.
“maaf nona, baik-baik saja. kami hanya ingin member
tahu, setengah jam lagi kami mau tutup. Apa kau perlu bantuan untuk menelfon
taxi atau temanmu?”
“ooh tidak, terimakasih”
aku bergegas mengambil tasku dan pergi meninggalkan lamunanku bersama hujan
yang turun.
Ide Cerita : Iin Nurfaridah